RBTH menyajikan cerita dari tiga perempuan Rusia yang memutuskan untuk menjadi seorang muslim.
Diperkirakan ada lebih dari 20 juta muslim yang bermukim di Rusia. Pada dasarnya, mereka merupakan etnis muslim, seperti Tatar, Chechnya, Dagestan, Bashkiri, dan lain-lain. Namun, ada pula yang merupakan pemeluk Islam baru, yaitu orang-orang yang secara sadar memutuskan untuk memeluk agama Islam. RBTH menyajikan cerita dari tiga perempuan Rusia yang memutuskan untuk menjadi seorang muslim.
Valeria (22), masuk Islam lima tahun yang lalu
Zainab (Elena) (55), masuk Islam 15 tahun yang lalu
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Sumber RBTH Indonesia
Diperkirakan ada lebih dari 20 juta muslim yang bermukim di Rusia. Pada dasarnya, mereka merupakan etnis muslim, seperti Tatar, Chechnya, Dagestan, Bashkiri, dan lain-lain. Namun, ada pula yang merupakan pemeluk Islam baru, yaitu orang-orang yang secara sadar memutuskan untuk memeluk agama Islam. RBTH menyajikan cerita dari tiga perempuan Rusia yang memutuskan untuk menjadi seorang muslim.
Valeria (22), masuk Islam lima tahun yang lalu
*Valeria meminta RBTH untuk memburamkan fotonya.
Semuanya
berawal ketika saya bertemu dengan seorang gadis yang mengenakan
kerudung. Ia adalah kenalan dari salah seorang teman saya.
Di situ saya
merasa tertarik dengan agama ini, agama yang mengharuskan para perempuan
menutup auratnya. Yang paling menarik bagi saya adalah kehidupan
berkeluarga dalam Islam, dan bagaimana seorang pria memperlakukan
wanita.
Saya
dibesarkan di tengah keluarga Nasrani. Keputusan saya untuk memeluk
agama Islam tentu mengejutkan keluarga saya. Awalnya, mereka menduga
bahwa saya bergabung ke dalam sebuah sekte, atau mungkin saya tengah
berencana untuk meledakkan bus.
Namun demikian, saya sangat berterima
kasih kepada keluarga saya karena telah menghormati keputusan saya,
terutama ibu saya, yang dalam waktu singkat dapat menerima keputusan
saya dan bahkan membela saya di tengah keluarga dan teman-teman
dekatnya.
Teman-teman
saya menerima sepenuhnya keputusan dan apa yang disebut sebagai hak
saya. Beberapa dari mereka bahkan sangat mendukung.
Saya
tahu bahwa saya telah mengambil keputusan yang benar dan saya berada di
jalan yang benar pula. Setelah tiga bulan mempelajari Islam, saya sudah
bisa membaca doa, dan setelah dua bulan, saya mulai mengenakan jilbab.
Adapun
mengenai pakaian, sangat sulit untuk beradaptasi. Jika pergi berbelanja
di pasar, sangat sulit menemukan pakaian yang tertutup. Semuanya
terlihat monoton dan kuno.
Namun saya berhasil beradaptasi dengan
relatif cepat karena saya berkomitmen untuk dapat menunjukkan bahwa
seorang muslimah tetap bisa berpakaian sopan, tapi tetap sesuai selera.
Setelah
itu, saya berkenalan dengan seorang pria yang kemudian menjadi suami
saya.
Ia berkebangsaan Tatar (kebangsaan di Rusia yang mayoritasnya
adalah pemeluk Islam), hanya saja keluarganya tidak menjalani perintah
Islam. Akhirnya kami pun berkomitmen bersama-sama menggali keimanan kami
terhadap Islam.
Ulyana (30), masuk Islam tujuh tahun yang lalu.
Islam
selalu menarik bagi saya sejak kecil. Ketertarikan tersebut kemudian
semakin kuat seiring dengan bertambahnya usia saya. Di kampus, saya
mempelajari dasar-dasar agama Islam dan bahasa Arab. Saya juga memiliki
banyak teman-teman muslim yang memiliki berbagai pandangan yang berbeda
mengenai kehidupan, satu hal yang tidak biasa di lingkungan saya.
Tradisi
Islam bagi saya semuanya jelas, benar dan logis. Oleh karena itu, saya
memutuskan untuk memeluk Islam. Orangtua dan teman-teman dekat saya
dapat mengerti keputusan saya, bahkan mereka siap membantu saya.
Dalam keseharian saya, saya tidak mengenakan jilbab (hanya mengenakan mukena atau pakaian tertutup saat salat -red.).
Saya berpendapat bahwa bagi seorang muslim (baik lelaki maupun
perempuan) penting untuk berpakaian dan berperilaku sopan. Pada awalnya
sulit, tapi sekitar tiga tahun kemudian saya sudah terbiasa.
Banyak
yang percaya bahwa Islam adalah agama yang kaku. Saya tidak setuju
dengan pendapat tersebut. Semua perintah Tuhan didasari oleh rasa cinta
kasih yang besar terhadap sesama manusia. Sayangnya, banyak yang tidak
mengerti, mereka tidak menyadari pentingnya hal tersebut, mereka
memiliki stereotipe dan tidak ingin mengetahui lebih jauh, dan hal ini
berlaku tidak hanya untuk Islam.
Stereotipe
mengenai Islam sangat banyak. Misalnya, umat Islam adalah orang-orang
yang menyukai kekerasan, mereka membunuh “orang kafir”, menyembelih
“hewan-hewan yang malang”, memukul istri sendiri, tidak mau menerima
“orang luar”.
Alasan atas sikap tersebut adalah kurangnya pengetahuan
dan keinginan untuk tahu lebih dalam. Jika Anda tidak memahami sesuatu
atau takut, seharusnya Anda cari tahu, apakah ketakutan tersebut
terbukti? Kebanyakan dari mereka hilang dengan meningkatnya kesadaran
dan komunikasi antarperwakilan agama.
Saya
menyebut Islam sebagai agama yang paling “demokratis”, yaitu dengan
menggunakan pendekatan ke dalam diri seseorang, tradisi spiritual yang
difokuskan pada realitas manusia dengan segala ketidaksempurnaan dan
keterbatasannya.
Zainab (Elena) (55), masuk Islam 15 tahun yang lalu
Hal
ini terjadi di akhir tahun '90-an. Saat itu, saya dan suami saya
melakukan perjalanan ke Mesir untuk berwisata, dan untuk pertama kalinya
saya mengunjungi negara Islam. Saya melihat orang-orang dengan
mentalitas dan pandangannya terhadap hidup yang berbeda dari apa yang
saya percayai. Dengan menyaksikan langsung budaya ini, saya menjadi
sangat tertarik dengan topik Timur Arab. Sejak itu, saya mulai
mempelajari Alquran.
Dalam
waktu yang lama, tak langsung terpikirkan oleh saya untuk memeluk agama
Islam. Bagi saya kala itu, perempuan muslim hanya dapat berurusan
dengan dapur dan keluarga saja, sedangkan saya sangat menyukai olahraga
ekstrem dan memiliki kehidupan yang sangat aktif. Namun, tak berapa lama
saya menyadari bahwa Islam sangat fleksibel: Islam mengizinkan
perempuan untuk menjadi wanita bisnis, ibu rumah tangga, bahkan untuk
terlibat dalam berbagai kegiatan ilmiah, serta berbagai profesi lainnya.
Ketika
saya berusia 40 tahun, saya menyampaikan kepada suami saya tentang
keputusan saya untuk memeluk Islam. Anak-anak dan suami saya mengerti
dan merespon dengan tenang keputusan saya tersebut. Namun, sempat
terjadi masalah dengan ibu saya. Pada dasarnya, ia mempermasalahkan
mengenai jilbab. Namun, semuanya dapat diselesaikan dengan baik dan kini
bahkan ibu saya suka membelikan saya makanan halal. Empat tahun
kemudian, putri sulung saya ikut memeluk Islam.
Tak
berapa lama setelah memeluk Islam, saya menyadari bahwa saya
benar-benar telah berubah, bukan lagi Elena yang dulu. Saya pun kemudian
memutuskan untuk mengubah nama saya menjadi nama muslim.
Saya
bekerja sebagai penerjemah teknis untuk bahasa Inggris dan Jerman.
Ketika saya mengenakan jilbab di tempat kerja, rekan kerja saya
memperlakukan saya dengan buruk yang berujung pada pemberhentian kerja.
Saya sempat merasa bingung, tapi dua bulan kemudian saya menerima
tawaran dari sebuah perusahaan pesaing yang menawarkan pekerjaan yang
sama, tapi dengan gaji yang lebih besar. Saya sempat menyampaikan kepada
mereka bahwa saya mengenakan jilbab, tapi mereka mengatakan bahwa
mereka tidak peduli dengan bagaimana cara saya berpakaian, mereka
membutuhkan kemampuan saya.
Islam
mengajarkan saya untuk bertanggung jawab atas segala tindakan dalam
hidup, seperti kata-kata. Serta pengertian atas tujuan hidup manusia dan
untuk apa kita hidup di bumi ini.
Di
Rusia, sikap umat Islam saat ini tidak begitu banyak dipengaruhi media
meski terdapat sejumlah besar imigran dari Asia Tengah.
Sayangnya,
banyak dari mereka yang tidak memiliki pengetahuan tentang Islam.
Kebanyakan orang Rusia bersikap berdasarkan kesimpulan sendiri dan
pengalaman mereka untuk berkomunikasi. Mereka memiliki kesan bahwa umat
Islam adalah orang-orang miskin dengan pakaian yang kotor, sering
terlibat dalam tindak kriminal, yang datang ke masjid hanya pada hari
libur dan tidak menerapkan nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Tugas
kita adalah menunjukkan bagaimana Islam yang sebenarnya dan mengubah
cara pandang masyarakat. Umat Islam adalah orang-orang yang melakukan
kebajikan antarsesama, tidak hanya dengan sesama muslim. Orang-orang
kini cenderung menilai Islam tidak dari panjangnya pidato, tetapi
bagaimana sikap sebagai seorang Muslim dalam kesehariannya. Hal ini
sangat penting.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Sumber RBTH Indonesia